Studi itu ungkap hampir 70 persen sumber air minum rumah tangga tercemar limbah tinja
Fakta buruknya sumber air minum di Indonesia baru-baru ini diungkap oleh Wash Specialist UNICEF Indonesia Maraita Listyasari dalam sebuah konferensi pers. Maraita mengungkap hasil studi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2020 yang melibatkan puluhan ribu rumah tangga di berbagai wilayah di Indonesia, hampir 70 persennya tercemar limbah tinja.Maraita juga menjelaskan penyebab pencemaran tersebut, meski mayoritas rumah tangga di Indonesia telah memiliki toilet. Namun, ternyata hanya sebagian kecil limbah yang sudah diolah sehingga aman dan nggak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Pencemaran terhadap sumber air minum ini dampaknya cukup serius, karena air yang terkontaminasi tinja mengandung patogen atau bakteri yang menyebabkan penyakit menular seperti kolera, diare, disentri, hingga demam anterik. Penyakit ini lebih rentan dialami oleh balita dan anak-anak.
Perlu upaya lebih mengurangi pencemaran air lewat perbaikan sanitasi lingkungan
Buruknya sanitasi lingkungan menjadi salah satu penyebab buruknya air di Indonesia. Melansir dari laman UNICEF Indonesia, meski rumah tangga di Indonesia sudah menyadari pentingnya toilet dan mayoritas sudah memilikinya di setiap rumah, tapi hanya sebagian kecil yang mengupayakan sanitasi yang baik dan aman. Sebagai contoh adalah tangki septik (septic tank) yang tertutup dan kedap, sehingga nggak mencemari udara dan tanah.
Kotoran yang ditampung dalam tangki septik lama kelamaan akan meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Apalagi di tengah pemukiman padat di mana tangki septik berdekatan dengan sumur. Hal inilah yang membuat sumber air bersih jadi mudah tercemar tinja.
Maka dari itu, Maraita mengimbau setiap rumah tangga untuk memastikan toilet terhubung dengan sistem perpipaan yang benar supaya nggak mencemari lingkungan dan rutin sedot tangki septik 3-5 tahun sekali.
Pencemaran tinja ternyata juga nggak hanya terjadi pada tangki septik yang buruk dan mencemari tanah, tapi juga toilet-toilet tanpa buangan yang benar misalnya dialirkan ke selokan atau sungai, yang kemudian mencemari air sungai. Padahal pencemaran tinja juga bisa terjadi dari media lain selain tanah yang menyerap air, tapi juga air sungai yang biasanya dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.
Mengingat besarnya dampak pencemaran dari tinja ini, pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga terus digaungkan oleh UNICEF. Mulai dari kebiasaan mencuci tangan dengan baik, penggunaan air. bersih untuk segala kebutuhan, hingga memasak makanan dan air hingga matang. Yuk, SoHip kita lebih peduli lagi dengan sistem sanitasi di lingkungan sekitar dan selalu membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat.